23 September 2017

Terpujilah Tuhan - PSA GKJ Nehemia


Terpujilah Tuhan....! Setelah seharian (23 Sept 2017 pagi jam 05:30 sampai Malam tadi) 2 group PSA GKJ Nehemia mengikuti 2 Lomba, hasilnya: 1. Juara 2 GKJ Klasis JBB (Jakarta Bagian Barat). 








2. Gold peringkat 3 Festival PSA di Ciputra Astpreneur - Casablanca Kuningan, Jakarta. :)









21 September 2017

Bahan PA

BAHAN PA
BACAAN : FILIPI 1:21-30


BUAH-BUAH PENYELAMATAN ALLAH


Ketika menulis surat Filipi, Paulus berada dalam penjara. Namun, baik tetap di dalam penjara atau bisa nantinya bebas keluar dari penjara, baik mati maupun hidup sama baiknya bagi Paulus. Dari manakah Paulus memiliki keyakinan itu? Hidup Paulus berubah total setelah ia dijumpai Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik. Sejak itu ia menjadi pengikut dan pelayan Tuhan Yesus yang sangat giat memberitakan Injil Keselamatan Allah. Paulus pernah disiksa, dipenjara, diadu dengan binatang buas, sakit dan sebagainya. Tetapi ia tidak pernah menyerah, Paulus semakin bersaksi melalui keteguhan hati dan surat-surat tulisannya, sebab baginya hidup adalah Kristus.

Jika kita telah hidup untuk Kristus, mati menjadi keuntungan. Kata “mati” pada ayat 21 dalam bahasa Yunani adalah “analuein” yang berarti melanjutkan perjalanan. Kata analuein biasanya dipakai untuk menggambarkan kapal yang mengangkat tali dan jangkarnya untuk melanjutkan perjalanan.

Mari melanjutkan perjalanan hidup kita di tahun 2017 ini dengan terus menghasilkan buah-buah keselamatan dari Allah melalui tiap kita. Paulus tidak memfokuskan diri pada kematiannya, karena ia tidak tahu kapan ia akan mati, kematian adalah wewenang Allah. Sebab yang terpenting adalah ketika kita masih diberi hidup maka sikap dan perbuatan nyata (buah-buah keselamatan) kita harus menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Di ayat 22, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.”  Apakah maksudnya? Paulus hidup dengan tujuan memberitakan dan memuliakan Kristus, maka ketika ia masih diberi hidup ia akan melakukan itu terus menerus demi Kristus dan menghasilkan buah dari pekerjaannya tersebut, seperti buah Roh dlm.(Gal. 5:22-26.)

Terakhir, pada ayat 24-26, Paulus memiliki pengharapan kalau ia nanti keluar dari Penjara ia akan terus bekerja supaya jemaat semakin maju; bertumbuh dalam iman dalam Kristus dan berbuah-buah tetap dan bahkan berbuah lebat! "...hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, ...” di ayat 27 berarti kita diajak memiliki kehidupan yang berbuah-buah karena Salib Kristus: hidup dalam cinta kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian, sukacita, damai sejahtera untuk dan atau bersama semua orang juga semua ciptaan-Nya.


Bahan sharing & diskusi :

1. Setiap peserta diberikan 1 lembar Motif Zentangle. (Mohon disiapkan atau tersedia alat tulis).  Dengan 2 tahap pengerjaannya: a. Latihan mengikuti pola dasar di tiap kotak (ada 6 kotak) dan b. Umat/peserta dipersilakan membuat motif-motif Zentangle karyanya sendiri untuk  memenuhi gambar Salib di sebelah kanan.

2. Umat / peserta PA diberi kesempatan memperlihatkan salib buatannya dan menjelaskan arti-refleksi gambar Salib Kristus yang sudah dipenuhi motif karyanya tersebut. "Hidup dalam Kristus" dihubungkan dengan Bahan PA dan tantangan pergumulan-perjuangan hidup umat mengikut Kristus. (Untuk mempersingkat waktu bisa dilakukan berkelompok)

3. Seperti Paulus yang menegaskan  "hidup adalah Kristus” bagaimana cara mengalahkan tantangan-tantangan tersebut untuk akhirnya kita di jaman kini, bisa semakin menghasilkan buah-buah penyelamatan Allah?





Pdt. Lusindo Tobing























Bahan PA Matius 13: 18-23

Bahan PA

Matius 13: 18-23



Pendidik Praksis


Sebagai awal, mari seluruh umat peserta PA kali ini, membicarakan

sejenak arti dan makna dari ungkapan seorang pendidik Indonesia:

Hasil gambar untuk ing sung tulodo tut wuri handayani

(semua peserta PA diberi waktu berbagi, mengemukakan pendapat, dan respons)
Matius 13: 18-23 berisi teks dan konteks saat Tuhan Yesus Kristus sedang meng-praksiskan pengajaran-Nya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata praksis berarti: praktik (untuk bidang kehidupan dan kegiatan praktis manusia). tentang penabur, benih dan tanah. Pengajaran praksis ditujukan-Nya bagi orang yang mendengar Firman Allah khususnya tentang Kerajaan Surga. Tuhan Yesus menyebutkan rincian seperti di pinggir jalan, tanah yang berbatu, dan bersemak duri. Penulis Injil Matius memakai penggunaan bentuk "present tense" bahasa Yunani untuk menunjuk kepada orang (siapapun orangnya), yang mau mendengar, menerima dan khususnya: melakukan Firman Allah.
Tentang pengajaran yang praksis ini, menarik karena Matius justru memperkenalkan kata hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu." (13:19). Firman Allah menjangkau hati pendengar, tetapi sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si jahat (dalam versi Injil Matius), atau si setan (dalam versi Injil Markus), atau si Iblis (dalam versi Injil Lukas) datang merampasnya. Kita mengenal ungkapan misalnya, "Masuk telinga kanan, ke luar telinga kiri," atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas jejaknya di air." Beberapa orang mendengarkan Firman dengan “santun”, tetapi hanya sebagai pendengar! Firman Allah itu tidak lagi berharga bagi mereka, karena hati mereka sudah keras, mereka alpa melakukan perintah-Nya.
Tiga penjelasan tentang bentuk tanah sebelumnya (tanah pinggir jalan, tanah yang berbatu-batu, tanah dengan semak duri), tidak membuat petani/sang penabur benih jadi berkecil hati. Demikian juga kita orang yang memiliki iman, pengharapan dan kasih, seharusnya tidak mengecilkan arti percaya yang sungguh-sungguh. Iman percaya yang diberlakukan dan dilakukan sungguh-sungguh berguna bagi sesama dan membangun kehidupan bersama. Benih yang ditanam di tanah yang baik akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, hasil yang melimpah ruah. Orang yang dengan iman praksis merespons Injil tanpa perhitungan, akan berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23). Penulis Injil Markus memberikan urutan yang meningkat tentang berbuah yaitu "tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat." Sedangkan Injil Lukas hanya mendaftar "seratus kali lipat" di dalam perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya dia menulis, "Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Lukas 8:15).
Di pinggir jalan melambangkan hati orang yang tidak mengerti firman yang dikabarkan dan datanglah si jahat (iblis) yang merampas firman tersebut dari hatinya. Di tanah yang berbatu-batu melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut dan menerimanya, namun ia tidak tahan pencobaan, dan apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Di tengah semak duri melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut tetapi terbuai oleh hal-hal duniawi (kekuatiran dunia ini, tipu daya kekayaan, kenikmatan hidup) menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Sedangkan di tanah yang baik melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut dan mengerti (Injil Matius) atau menyambut (Injil Markus) firman tersebut dan menyimpannya dalam hati (Injil Lukas), dan mengeluarkan buah. Buah dalam perupamaan-perumpamaan Yesus melambangkan hasil praksis yang nyata dari kematangan dan kedewasaan spiritual. Tanah yang baik adalah tanah yang tidak keras seperti jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan tanah yang berbatu-batu subur dan menyimpan udara yang lembab.
Siapakah orang yang memiliki hati yang baik dan mulia itu? Penulis Injil Matius memberikan jawabannya, bahwa Dia mengatakan, "orang yang mendengar firman itu dan mengerti." Ajaran praksis ini, tentu saja Matius mengingat lagi kutipan Kitab Yesaya, bahwa orang-orang yang memiliki hati sempurna dan mulia adalah orang yang melakukan kehendak Allah dan menjawab panggilan Allah "Siapa yang harus Aku utus?" jawablah dengan yakin, "Ini aku, utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia mengerti karena hatinya mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya - kemauan, intelektual, dan emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya yang praksis mengalami pertumbuhan rohani, dan menghasilkan buah; memengaruhi (baca: mengajar/mendidik) orang lain untuk beresedia melakukan kehendak Allah.
Beberapa ahli menyebut perumpamaan penabur sebagai perumpamaan dari perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini perumpamaan yang paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi karena berisi empat perumpamaan yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukan-membagikan Firman (Injil Keselamatan). Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah karena, "menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."
Perumpamaan-perumpamaan Kristus selalu diambil dari kejadian-kejadian biasa di keseharian, bukan dari gagasan atau dugaan-dugaan filsafat, atau peristiwa alam yang luar biasa, walaupun semuanya itu dapat diterapkan; sebaliknya, perumpamaan-Nya berasal dari hal-hal yang jelas-jelas bisa dilihat, yang bisa diamati dalam hidup sehari-hari, dapat dimengerti dan memengaruhi orang-orang dengan pengetahuan alkitabiah yang sangat kurang sekalipun. Banyak dari antara perumpamaan-perumpamaan itu diambil dari kehidupan petani, seperti perumpamaan tentang seorang penabur kali ini.
Benih yang ditaburkan adalah firman Allah, yang di sini disebut dengan firman tentang Kerajaan Sorga (ay. 19). Penabur yang menebarkan benih adalah Yesus Kristus Tuhan kita, dan Ia melakukan-Nya sendiri atau melalui hamba-hamba-Nya (baca ayat 37). Orang-orang-Nya adalah para petani yang bekerja di ladang Allah, begitulah yang dikatakan, dan hamba-hamba Tuhan adalah kawan sekerja Allah (1Kor. 3:9). Berkhotbah kepada orang banyak adalah menabur benih. Namun “khotbah yang terbaik” adalah perbuatan praksis di setiap hari, sikap dan keteladanan mengasihi semua orang di sekitar kita tiap hari, sebab kita tidak tahu di mana benih itu akan jatuh, hanya saja, pastikan dan berikanlah benih yang berdasarkan Firman-Nya
Nah, hal yang membedakan tanah yang baik ini dengan jenis tanah lainnya hanyalah satu kata, yaitu berbuah. Praktik hidup yang nyata, berdasar iman setia dalam Tuhan Yesus Kristus  setiap hari menjadi “garam dan terang dunia.” Dalam hal inilah orang-orang Kristen dibedakan dari orang-orang munafik, bahwa secara praksis mereka berbuah banyak dan layak masuk kategori disebut “dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (Yoh. 15:8). Ia tidak berkata bahwa tanah yang baik ini tidak berbatu-batu, atau tidak berduri, melainkan bahwa tidak ada satu hal apa pun yang dapat menghambat tanah ini untuk berbuah.
Tuhan Yesus sendiri yang menjelaskan tentang perumpamaan ini kepada murid-muridNya. Penabur yang menaburkan benih adalah semua orang yang menaburkan Firman Tuhan. Termasuk Anda dan saya, diutus Tuhan untuk menabur, mendidik dan mengajar orang lain dengan perbuatan dan tingkah laku nyata sebagai buah dari iman kekristenan kita, agar benih yang jatuh ke tanah adalah "firman tentang Kerajaan Sorga" bisa masuk ke hati manusia.
Firman Allah dapat ditaburkan kepada bermacam-macam orang. Kita diperintahkan Tuhan Yesus untuk bersedia mengajarkan, mendidik orang lain, dengan setia mewartakan Firman keselamatan sejati. Namun, hasilnya akan berbeda tergantung pada kualitas hati orang-orang yang mendengarkan dan khususnya melakukan Firman itu. Ada orang yang menolaknya, ada juga orang yang menerimanya namun segera murtad begitu terjadi penindasan. Ada orang yang menerimanya namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir dalam hatinya serta menggantikannya dengan hal-hal lain (kekhawatiran, kekayaan, dan keinginan lain), dan ada orang-orang yang menyimpan Firman itu di dalam hati yang baik dan menghasilkan banyak buah.
Mari menjadi praksis dan berpraktik lewat perbuatan-perbuatan nyata kepada orang lain. Setiap hari, mari lebih banyak “sung tuladha,” menebar keteladanan iman, pengharapan dan kasih yang dari Tuhan Yesus Kristus, kepada keluarga, tetangga dan semua orang. Mari mau dididik Tuhan, mendidik diri sendiri, agar siap untuk menjadi pendidik praksis: yang mengajar sesama manusia bukan hanya dengan kata-kalimat, tetapi khususnya dengan perbuatan nyata setia melakukan, benar-benar praksis mewartakan ajaran Kasih-Nya, yang membahagiakan banyak orang lain dan membangun kehidupan bersama yang lebih baik dan benar. Berbuah-buah nyata!


Kegiatan, Pertanyaan dan Sharing
1.      Setiap peserta PA dipersilakan masuk ke dalam kelompok-kelompok kecil yang berisi 3 orang, mohon setiap orang menjawab pertanyaan ini: Sudahkan aku menjadi pendidik praksis (mengajar dengan sikap dan perbuatan nyata berdasarkan Kasih dalam Tuhan Yesus Kristus) untuk orang-orang di sekitarku? Mohon jelaskan.
2.      Lalu setiap peserta PA dipersilakan bergabung ke dalam kelompk-kelompok lebih besar (maksimal 8-10 orang), untuk merespons dan berbagai /sharing ajakan menjadi pendidik praksis ini: Bagaimana cara agar kita menjadi dan semakin menjadi pendidik praksis iman, pengharapan dan kasih kepada keluarga, tetangga, dan semua orang?
3.      Umat berkomitmen menjadi pendidik praksis, berbuah nyata, dengan mempelajari dan menyanyikan bersama Pelengkap Kidung Jemaat no. 226 bait 4:
Hasil gambar untuk pelengkap kidung jemaat 226: 4




Pdt. Lusindo Tobing