22 Desember 2009

refleksi minggu keempat Desember 2009

Lukas 2: 47-52

RUMAH BAPA
“..Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Lukas 2: 49)


“Dalam Rumah Bapaku banyaklah tempat...” itu secuil penggalan lagu yang biasa dinyanyikan saat ada teman dan keluarga yang meninggal dunia. “Rumah Bapaku” menunjuk langsung kepada Sorga. Tempat abadi kekal yang penuh kedamaian Kasih sejati.Hakiki penuh damai dan penuh Kasih itulah yang ditampakkan remaja Tuhan Yesus saat bersama orangtuanya mengunjungi Sinagoge di hari raya Paskah. Jadi bentuknya kini yang berbeda, “Rumah Bapa” di konteks bacaan kali ini menunjuk pada Sinagoge atau Bait Suci Allah tempat ibadah kaum Yahudi.
                                                                                                                     foto: Difri
Saking hari raya Paskah sangat dipegang teguh, 100.000 orang pribadi maupun
biasanya keluarga dan kelompok besar mengunjungi Yerusalem dan memadati kota yang berpenduduk sekitar 25.000 orang. Kafilah-kafilah besar mengadakan perjalanan bersama-sama demi perkawanan dan keamanan. Yusuf dan Maria tidak terlampau mempedulikan Yesus pada hari pertama perjalanan pulang. Hari kedua mereka tersadar Yesus “hilang”, lalu langsung balik ke Yerusalem, mereka menemukanNya pada hari ketiga. Sedang asyik melakukan pembicaraan cerdas dengan para Rabi di Bait Allah. Dan jawab Tuhan Yesus yang sebenarnya adalah “Kamu seharusnya tahu di mana mencari Aku, di sini, di rumah Bapaku.” (ayat 49)

Di akhir dan sebentar lagi menutup Tahun 2009, mari saudaraku, kita mencari Tuhan dengan rindu datang ke rumah Bapa. Rumah Bapa abadi nanti di Sorga. Tetapi sekarang, selagi kita ada dan menjalani hidup juga pelayanan di dunia, Rumah Bapa itu bisa apa dan di mana saja namun inti paling mendasar, Rumah Bapa itu adalah hati kita masing-masing. Hati yang penuh damai dan Kasih. Sejak kecil Tuhan Yesus sadar bahwa ia mempunyai hubungan Kasih mesra dengan Allah Bapa. Hubungan anak yang mengatasi pengetahuan agamawi para orang saleh Yahudi sekalipun. Remaja Yesus tetap juga mengasihi orangtua manusiawinya (Yusuf dan Maria), Ia hormat juga taat kepada mereka (coba baca lagi ayat 51).

Dan mari terus bertambah-tambah baik dan positif di tiap menjelang tahun saudaraku. Ayat terakhir (ayat 52) jelas meneladankan kita, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatnya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Selamat Kasih Damai Natal 2009 saudaraku, Selamat makin mengasihi dan layak dikasihi di tahun 2010, seterusnya. Amin.



Pdt. Lusindo Tobing