04 November 2009

refleksi minggu kedua November 2009

Markus 12: 38-44

MEMBERI

.. tetapi janda ini memberi dari kekurangannya.. (Markus 12: 44)



Bagian kali ini sebenarnya terdiri dari dua konteks peristiwa berbeda (ayat 38-40 & 41-44). Namun mengandung kelanjutan pesan Firman yang kuat. Dijabarkan sesungguhnya tidak semua ahli Taurat itu jahat (ingat bahan refleksi Minggu pertama lalu, coba baca lagi ayat 34). Tetapi, kecenderungan umum dari golongan mereka menjurus ke tingkah laku bermegah-megahan, keserakahan dan kemunafikan. Oleh karenanya Tuhan Yesus mengingatkan dalam pengajaranNya,”Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat..” (ayat 38).

Kini firman tersebut tiba kepada kita. Sudahkah kita berupaya memberangus keserakahan, bermegah sombong dan bahkan kemunafikan kita. Jika belum, maka semua itulah yang memandekkan anda dan saya melakukan satu perintah mulia di dua perikop kali ini, yakni: Memberi.

Dilakonkan seorang janda yang dalam kesederhanaan kebaktiannya. Di antara banyak yang lain yang memberi persembahan ke dalam peti persembahan. Dengan rendah hati ia mempersembahkan segala penghasilan bahkan miliknya hanya kepada Allah.

Tuhan memperhatikan bukan apa yang diberikan, tetapi bagaimana mereka memberikannya. Dia sumber dari berkat yang melimpah dalam kehidupan kita, memberi selalu memberi untuk anda dan saya mengalir seperti air sungai yang jernih tak pernah berhenti.



foto: lt




Uang pada dirinya sendiri tidaklah berharga di dalam Kerajaan Allah. Tuhan tidak menghitung jumlahnya, tetapi Dia sangat memperhatikan motivasi si pemberi uang persembahan. Janda itu memasukkan “hanya” dua peser –mata uang tembaga yang paling kecil nilainya-. Oleh penulis Injil Markus demi kepentingan para pembaca Romawi dihitung dalam ungkapan Romawi, yaitu satu duit (ayat 42). Yesus mengetahui persis jumlah persembahan, bahkan Ia adalah Tuhan yang mengetahui dan mengutamakan isi hati yang menyampaikan persembahan. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (ayat 43-44)

Mari lebih memberi dan memberi saudaraku. Dengan memegang hakiki segala pemberian persembahan sebenarnya adalah penyembahan dan pengorbanan. Tuhan sangat memperhatikan bahkan menyukai persembahan terbaik: Memberi dari kekurangan kita. Amin.



Pdt. Lusindo Tobing