17 September 2012

refleksi minggu pertama September 2012


BERHIKMAT


1 Raja-raja 3: 1-15




Ingat Raja Salomo? Tentu ingat. Seorang Raja yang dikenal dan terkenal bukan sekadar karena kekuasaan atau kekayaannya. Tetapi karena hikmat kebijaksanaanNya. Putra dari Raja Daud yang tidak pernah menganggap bahwa takhta jabatannya bukanlah cuma diturunkan atau diteruskan dari ayahnya, Daud. Tetapi Salomo sadar betul, semua itu karena kebaikan Kasih anugerah Allah dan kehidupan iman yang dinyatakan ayahnya juga dirinya sendiri.

Hal itulah yang membawa Salomo layak menerima hikmat Allah. Hal apakah tadi itu? Ini, bahwa Hikmat dari Allah itu diberikan adalah karena ada: Iman dan Kasih yang besar kepada Allah. Ya, karena ada percaya yang sungguh kuat. Dan mencintai mengasihi. Dari hati Salomo hanya kepada Allah, Sang Sumber Hikmat Bijaksana itu. Juga kepada manusia. 

Coba baca lagi dan lihat perikop kita kali ini. Betapa hidup kehidupan Salomo meneruskan semua yang baik dan benar yang telah dilakukan ayahnya, juga semua yang diperintahkan Allah. Termasuk khsususnya soal mempersembahkan korban bakaran yang terbaik di mezbah Tuhan. Dan tidak tanggung-tanggung, Alkitab mencatat bahwa ia mempersembahkan 1000 korban bakaran yang harum hanya kepadaNya. "Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada Tuhan dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan." (ayat 3).

Di satu malam, setelah Salomo mempersembahkan korban bakarannya yang selalu terbaik itu. Allah datang kepadanya dalam mimpi. Tetapi ingat, kisah ini bukan cuma mimpi. Hal ini semua benar-benar terjadi, Salomo ditanya Allah, "apa yang mau kau minta kepadaKu, mintalah.. pasti kuberikan."  Wow... coba bayangkan hal tersebut terjadi pada kita. Pastilah untuk menyusun list atau daftar permintaan kepadaNya, kita akan sangat bingung dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Tetapi tidak dengan Salomo.

Salomo tidak membutuhkan waktu yang lama. Juga tidak meminta salah satu dari yang Allah tawarkan kepadanya. Walau Allah bisa memberi semua. Ada tiga hal besar yang secara eksplisit tercatat dan ditawarkanNya apakah meminta: Umur panjang, Kekayaan atau darah musuhmu. Hal pertama dan kedua tadi pastilah mayoritas dari kita secara kedagingan sangat menginginkannya. Terlebih untuk hal yang ketiga, sangat ekstrim, tetapi yang dimaksudkan adalah kepastian penjagaan dan keselamatan dari Allah. Salomo tidak memilih salah satu ataupun ketiganya.

Tetapi ia meminta hikmat. "Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?" (ayat 9). Ya, Salomo memohon hikmat dari Allah. Dan hal tersebut sangatlah menyenangkan dan sangat baik di mataNya. Karenanya mari, kita mohonkan yang baik kepada Allah. Khususnya mari memohon Hikmat. Agar Allah melayakkan hati kita. Bahkan melayakkan seluruh tubuh dan hidup kita. Sehingga kita berkenan di hadapanNya. Baik dan sesuai dengan Sabda perintahNya. Seperti ayat 10 dengan jelas menggambarkan hati dan responNya atas permohonan Salomo yang meminta hikmat, bukan yang lain-lain, "Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta  hal yang demikian."

Kemudian Allah menganugerahkan hikmat kepada Salomo. Dan memanglah demikian adanya. Hikmat itu adalah anugerahNya. Ilmu bisa dipelajari. Pengetahuan bisa dikejar dan dicari. Tetapi hikmat? Sekali lagi ingat dan pegang ini: Hikmat itu Anugerah langsung dari Allah saja.

Oleh sebab itu, jika memang ada di antara kita yang kekurangan hikmat. Seperti yang tertulis di Yakobus 1: 5.  Mari jangan ragu datang mendekat kepada Allah. Dari dan dalam hati, pikiran juga semua panca indera kita percaya dan sungguh hidup menyatakan kasih sayang Allah bagi sesama di kehidupan ini. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya."

Dan ketika kita boleh dianugerahi HikmatNya, maka sukses. Ya istilah "kunci sukses" yang sering kita dengar adalah sesungguhnya hikmat ini. Bukan sekadar uang, kekuatan, kekuasaan, jaringan dan apapun juga kemampuan kita. Tetapi lebih lagi hati-hatilah juga, jangan cuma mau dibilang sebagai orang yang punya hikmat. Sebab setiap jaman dan setiap kita ingin bahkan senang sekali jika disebut sebagai orang berhikmat. Tetapi pertanyaan terakhir di perenungan kali ini, apakah kita benar-benar telah dan berjuang memberlakukan hikmat? Dengan nyata melakukan dan membagikan hikmatNya melalui kita kepada sesama di keseharian. Mari sungguh-sungguh, melakukan hikmat.

Kembali, ingat Salomo. Ingat apa yang dilakukannya dengan hikmat Allah padanya. Ingat peristiwa ketika Raja Salomo didatangi oleh dua ibu yang membawa satu bayi dan sama-sama mengaku bahwa tiap mereka adalah ibu kandung anak tersebut. Mereka berdua memperebutkan bayi tersebut. Di tengah semua orang bingung dan galau (seperti kita sekarang, yang kerap di hadapi tantangan pergumulan yang formatnya serupa, namun dalam bentuk berbeda), kita tahu kisahnya, Salomo meminta diambilkan pedang, lalu memerintahkan untuk bayi itu dipotong dibelah menjadi dua. Setengah untuk ibu yang satu dan setengahnya lagi diberikan ke ibu yang lain. Sikap dan keputusan ini tampaknya sangat kejam dan tidak manusiawi bukan? Tetapi kemungkinan besar, Salomo tahu bahwa hanya dengan cara itulah maka akan ada solusi. Dan memang itulah solusinya. Karena akhirnya respon kedua ibu tadi berbeda. Yang satu menerima, namun yang lain menangis dan menolak sembari memohon dengan sangat agar bayi tersebut jangan disakiti apalagi dibunuh. Bahkan ibu terakhir ini rela jika bayi tersebut diberikan saja ke ibu yang lain tadi. Dan lihat.. akhirnya kita tahu baukan siapa ibu kandung sesungguhnya bayi tersebut. Yap, tentu ibu yang menangis dan mengasihi sungguh memohon agar bayinya tidak disakiti sedikitpun. Inilah hikmat. Seperti inilah hikmat. Hikmat Allah. Bukan hikmat dunia atau hikmat-hikmatan. Selamat memohon, hidup dan membagikan hikmat. Hikmat yang membawa solusi. Membawa kehidupan bersama jadi lebih indah, bermakna, tenang, damai dan bersyukur nikmat. Berhikmat hikmatNya.  Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.