06 Maret 2012

refleksi minggu ketiga desember 2011







KUJAWAB YA

Lukas 1: 26-38
                
              Tuhan selalu berkata, menyapa bahkan memanggil kita. Tiap hari, tiap waktu. Untuk lebih dekat dan kita bisa lebih akrab denganNya. Dengan berbagai cara dan pemaknaan, agar kita terus hidup di dalam Kasih Karunia.
                 
             Yang kemudian juga sangat penting adalah apa jawab kita. Respon jawab kita terhadap sapaan bahkan panggilan Allah tersebut.  Dari sapaan konfirmasi akan penyertaanNya, bahwa Dia selalu ada untuk kita di manapun dan dalam kondisi situasi bagaimanapun. Sampai kepada panggilan untuk diutus. Untuk dipakai oleh Allah menjadi salah satu alatNya dalam proses penyelamatan dunia?! Apa jawab kita?
                
 Mari belajar kembali dari sosok Maria, perawan suci, ibu dari Yesus.  Saat belum hamil, bahkan belum bersuami, Allah menyapa dan memanggil dia. Untuk sebuah misi. Tugas menjadi perantara Logos (Firman) menjadi daging. Allah yang menjadi manusia. Yang secara natural, tentulah melalui rahim seorang perempuan. Dan sekali lagi, perempuan itu adalah Maria. Yang kelanjutan dari panggilan sekaligus pengutusan tersebut, prosesnya pasti sudah kita mengerti. Terlebih Maria mengerti. Minimal seperti darimana benih anak itu, lalu harus mengandung selama 9 (Sembilan) bukan, mengalamai berbagai kesakitan, perubahan di tiap pertambahan waktu kehamilan, makanannya, minumannya, gerak tubuh saat berjalan akan berbeda, penampilan secara menyeluruh, hingga saat tidurpun akan tentu berbeda, dan seterusnya. Hingga apalagi saat-saat persalinan!

Dan yang lebih hebat lagi adalah, tanggungjawab sosial berhubungan kehamilannya. Maria saat itu belum bersuami. Yusuf adalah tunangannya. Belum suaminya. Tuntutan masyarakat yang pasti meminta penjelasan. Dengan kecenderungan yang lebih besar adalah langsung curiga kepada dia dan Yusuf. Hingga tuduhan-tuduhan menghakimi dan ujungnya kita bisa bayangkan yang terburuk. Hukuman masyarakat Israel kepada perempuan yang kedapatan berzinah atau kedpatan hamil di luar nikah? Paling sadis adalah direjam dengan batu oleh banyak orang, hingga mati!

Maria tahu itu.  Sehingga saat malaikat Tuhan menyapanya dengan salam (ayat 28) dan memberikan tugas misi kudus mulia itu, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi..” (ulangi baca lengkap ayat 31-33) Tampak ia sempat bertanya, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (ayat 34)  Tetapi akhirnya ia jelas menjawab “ya”.                

Apalagi setelah Malaikat itu memberi penjelasan yang sebetulnya sangat suprarasional “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggiakan menaungi engkau..”  yang akhirannya ditutup dengan penjelasan bahkan penegasan, “.. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (ayat 35-37). Maria menjawab ya dengan rendah hati dan kalimatnya yang sangat indah di ayat 38, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Mari menjawab “ya” kepada Tuhan. Kepada sapaan bahkan panggilanNya. 

Karena dalam Dia tidak ada yang mustahil.. Mari kita sadar, waspada dan selalu setia berjuang menjawab “ya”. Menjawab jawab hanya “ya” untukNya.  Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.


refleksi minggu kedua Desember 2011



PERBUATAN BESAR

Lukas 1: 46-56

Sesungguhnya perbuatan demi perbuatan kita manusia, mungkin tetaplah perbuatan kecil. Karena tangan kita memang kecil, kekuatan dan kemampuan kitapun kecil. Tetapi, tidak semua dan tidak akan selalu demikian. Mengapa? Karena dalam kekuatan TanganNya Yang Besar, semua yang dihasilkan bisa menjadi sesuatu yang besar. Dan Tuhan kerap memakai tangan-tangan yang kecil, di dalam tangan dan kekuatanNya yang besar. Untuk akhirnya melakukan bahkan menghasilkan perbuatan yang besar. Karena hasilnyapun besar. Makna dan dampaknya juga besar. Sehingga kebahagiaan benar-benar tercipta dan kita nikmati. Maria mengalaminya.

Ya, Maria –ibu Yesus- menikmati bahagia! “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,” demikian sorak Maria di ayat 48 saat ia mengunjungi Elisabet sanak saudaranya. Karena apa ia berbahagia? Coba kita teruskan di ayat 49, “Karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatanbesar kepadaku dan namaNya adalah kudus.” Wow.. indah sekali nyanyian pujian Maria. Sekaligus sebuah pengakuan bahwa Allah telah memberlakukan perbuatanNya. Melalui dirinya, sehingga ia dimampukan melakukan perbuatan yang bagi dunia adalah tidak mungkin.

Tidak sekadar soal kehamilannya karena urapan Roh Allah Yang Maha Kudus tadi. Tetapi sesungguhnya perbuatan besar berlaku dalam diri janin yang sedang dikandungnya. Bahkan perbuatan-perbuatan besar yang akan dilakukan bayi itu. Yakni membebaskan mereka yang tertawan dosa, menolong semua yang letih lesu berbeban dan melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar (baca dan maknai ulang 51-54). Bayi dalam kandungan Maria itu tidak lain adalah Sang Juruselamat Dunia. Yang memang sudah lama dijanjikan sejak lama sekali. Bahkan sejak konteks Abraham, bapa semua orang yang beriman.

Perbuatan-perbuatan kita yang kecil, namun di dalam Tuhan, bisa menjadi perbuatan-perbuatan yang besar. Walau bagi dunia tampaknya apapun itu akan tetap kecil. Tetapi tidaklah dengan kaca mata iman. Dengan percaya, takut takluk menyembah Allah. Kita akan bisa melihat bahkan mengalami perbuatanNya yang besar. Bahkan luar biasa besar! Ayat 50 perikop ini menegaskan: RahmatNya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.

Dan hidup kitapun akan seperti pujian sorak Maria, akan sungguh berbahagia! Bahagia yang besar! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.