24 November 2015

Refleksi Minggu Keempat November 2015


Wahyu 1: 4-8 


MENYERTAI      



Serangan teroris dalam bentuk peledakan bom dan penembakan membabi-buta terjadi di Kota Paris pada Jumat 13 November 2015. Dimulai peledakan bom di sebuah gedung konser musik, lalu di luar stadion olahraga tempat dilaksanakannya pertandingan bola Tim Jerman vs Tim Perancis. Dan seterusnya, berlangsung hampir dalam waktu bersamaan di enam titik kejadian berbeda. Mengakibatkan sekitar 150 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya terluka.  

Ketakutan tampaknya berhasil ditebar dan tersebar. Setelah peristiwa itu, banyak negara-negara lain meningkatkan kewaspadaannya. Beberapa kunjungan kepala negara dan pejabat pemerintahan dibatalkan, dari dan khususnya menuju Perancis. Termasuk ketakutan yang juga mengakibatkan pembatalan kunjungan beberapa public figure: Olahrgawan, artis film, penyanyi dan selebritis lainnya. Dan ketakutan-ketakutan akan ancaman teror berikutnya di masyarakat secara umum dan meluas.     

Tetapi “We Stand with Paris, We Stand with France.” Suara dan sikap seperti ini harus tetap menjadi sikap kita melawan bahkan mengalahkan teror dan ketakutan. Tentu bukan dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi bersama. Bersama seluruh rakyat Indonesia, bahkan bersama seluruh manusia di dunia. Dan yang paling utama: Bersama Kasih karunia dan damai sejahtera Allah (baca dan maknai ulang ayat 4). Kasih KaruniaNya yang selalu menyertai dan menyelamatkan kita, kapanpun, di manapun dan bagaimanapun juga. Amin. 


Tulisan: Lusindo Tobing.
Foto: www.lovethispic.com 

Refleksi Minggu Ketiga November 2015


Daniel 12: 1-13 


PERLINDUNGAN ALLAH     




Sampai kapan Allah akan melindungi kita? Jawabannya adalah: Sampai selama-lamanya, sampai zaman akhir (akhir zaman). Ya, sampai akhir dari semua kehidupan kita, sampai akhir semua kehidupan dunia. Bahkan sampai akhir semesta raya.     

Melalui konteks Kitab Daniel, kita belajar kembali bagaimana Allah memelihara umat-Nya untuk menerima perlindungan dan keselamatan. Siapapun yang hidupnya menunjukkan ketaatan akan bersinar seperti bintang-bintang (ayat 1-3). Ini penglihatan-penglihatan yang sebenarnya mengejutkan Daniel. Namun ia diingatkan supaya merahasiakan (ayat 4). Tidak boleh diceritakan kepada siapapun dan memeteraikan Kitab (firman) itu sampai pada akhir zaman (ayat 9). Agar terbukti kelak bahwa akan ada proses pengujian, penyucian, dan pemurnian. Dan orang-orang yang mampu melewati semua itu akan berbahagia (ayat 12).     

Rencana Allah tidak pernah gagal. Mungkin terkadang kita kecewa dan cenderung putus asa melihat bahkan mengalami kenyataan bahwa kejahatan dan penindasan semakin merajalela. Tetapi ingat dan percayalah jaminan perlindungan Allah (baca dan maknai lagi ayat 13), agar kita tetap memiliki pengharapan dan keteguhan iman. Dalam menghadapi segala penderitaan dan kesesakan sehari-hari. Marilah berjuang jadi setia dan tekun, karena sesungguhnya kita telah mengalami anugerah Allah. Dan mari senantiasa hidup dan terus menjadi saluran berkat bagi sesama manusia serta seluruh kehidupan, dalam perlindungan Allah hingga akhir zaman. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing

Refleksi Minggu Kedua November 2015


1 Raja-raja 17: 8-16 


MELALUI ORANG LAIN     




Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang selalu datang, bukan pergi. Dia Allah yang selalu menghampiri mengasihi, menuntun, menolong dan menyelamatkan kita. Langsung ataupun tidak langsung. Di perikop kali ini, Nabi Elia diperintah Allah pergi ke kota Sarfat, sebuah kota kecil di tepi Laut Mediterania antara Tirus dan Sidon. Ketika tiba di sana, dia melihat seorang janda yang sedang mempersiapkan makanan terakhir untuk diri janda itu dan putranya. Elia meminta air. mungkin ini sebagai sebuah ujian iman. Karena pada saat janda itu bersiap untuk memenuhi permintaannya, nabi Allah itu juga meminta sepotong roti kepadanya (ayat 8-11).     

Lalu perempuan itu menjawab, "Demi Tuhan, Allahmu Yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun." Jawaban ini menunjukkan dia mengenali Elia sebagai nabi Allah. Lalu Elia berkata kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan." Oleh ketaatannya memberi makan kepada sang nabi, janda itu menukar keadaan yang tidak pasti menjadi keadaan yang pasti, kelaparan menjadi kelimpahan, kematian menjadi kehidupan!     

Mari renungkan, refleksikan dengaan kehidupan kita kini. Janganlah takut, jangan gentar menjalani berbagai tantangan, pergumulan dan kesulitan. Ingat dan imani selalu “tepung dalam tempayan itu tidak akan habis” (baca dan maknai lagi ayat 13-14). Nubuat kepastian yang diucapkan Elia jadikan patokan. Membawa Kasih dari Tuhan Allah, nyata melalui perempuan (janda Sarfat) itu kepada Nabi Elia, juga sebaliknya, melalalui Nabi Elia kepada janda di kota Sarfat. Pemeliharaan Allah melalui kasih yang diberikan orang lain bagi kita. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.