13 Juli 2017

"Berdoa Bersama"

 
"Berdoa Bersama"




 
Pagi tadi (11 Juli 2017 sekitar jam 08:15), bersyukur sangat.. bisa menjenguk seorang ibu yg dirawat di ruang ICCU RS Siloam-Karawaci karena keadaan jantung beliau.
Selalu ada "bonus" kenikmatan reflektif di tiap perkunjungan.. : ketika menunggu suami dari ibu yg akan saya kunjungi, tersadar bahwa pihak RS rupanya menyediakan chapel (ruang berdoa) di lantai yg sama (lantai 3, dekat Pintu masuk ICCU). Ketika m...asuk, ada seorang bapak (yg lain) sedang berdoa mendoakan anggota keluarga yg juga dirawat, dengan volume kecil namun suara terdengar karena ruangan yg tidak terlalu luas, membuat saya ikut "berdoa bersama" dengannya. Setelah itu, saya harus meninggalkannya, utk membesuk ke dalam ruang ICCU, kami (saya dgn sang ibu dan suaminya) sempat ngobrol, sedikit cerita, juga sharing cukup mendalam dan terutama berdoa.. Ya, berdoa bersama kepada Tuhan... yg selalu mendengar dan pasti menjawab doa. Amin
 



Bahagia Semangat!

 
 
 
Bahagia Semangat!
 
 
 
Perkunjungan para Ibu dan perempuan dari Komisi Wanita GKJ Nehemia kepada seorang ibu di jemaat kami, yang sudah 2 bulan berapa dalam perawatan ICU. Tangannya terangkat, bahagia-semangat memberi salam kepada semua.. Tuhan mengasihi beliau dan keluarganya, Tuhan selalu menjagamu ibu.., Tuhan memberkati semua ibu dan bapak khususnya yang sedang dalam perawatan medis.. Amin.

Refleksi Minggu ketiga Juli 2017



Matius 13: 18-23

Pendidik Praksis


Tuhan Yesus sendiri mengajarkan hal praksis (berpikir dan bertindak nyata) ini kepada para murid, melalui perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benih. Tentang diri-Nya sendiri, juga tentang murid-murid dan semua orang yang menaburkan “benih” Firman Tuhan. Termasuk Anda dan saya, diutus Tuhan untuk menabur, mendidik dan mengajar orang lain melalui perkataan, khususnya dengan perbuatan dan tingkah laku nyata.

Firman Allah harus ditaburkan kepada semua dan bermacam-macam orang. Oleh karena itu hasilnya akan berbeda, tergantung kualitas hati yang mendengar dan melakukan Firman itu. Ada yang menolak, ada yang menerimanya namun segera murtad karena tekanan dan penindasan. Ada yang menerima namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir, menggantinya dengan kekhawatiran, keserakahan, dan keinginan hawa nafsu lainnya. Namun ada, orang-orang yang menyimpan Firman itu dalam pikiran dan hati yang baik, sehingga dapat menghasilkan banyak buah-buah praksis yang baik.

Mari menjadi praksis dan berpraktik kebaikan yang nyata kepada orang lain. Setiap hari, mari lebih banyak “sung tuladha” -salah satu ungkapan yang digunakan Ki Hadjar Dewantara- artinya menebar keteladanan. Khususnya keteladanan iman, pengharapan dan kasih yang dari Tuhan Yesus Kristus (yang praksis tertinggi-Nya di bumi adalah mau mati di kayu salib tebus dosa-dosa manusia) kepada keluarga, tetangga dan semua orang. Selamat menerima Sakramen Perjamuan Kudus-Nya! Mari mau dididik Tuhan, untuk mendidik diri sendiri, agar siap selalu menjadi pendidik praksis bagi orang lain. Mendidik sesama manusia bukan hanya dengan kata-kalimat, tetapi khususnya berbuat nyata, benar-benar praksis mewartakan ajaran cinta Kasih-Nya, melalui tersenyum, menghormati, peduli, membantu, menolong, mendoakan, melayani dan membahagiakan banyak orang lain. Teladan praksis membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Berbuah-buah nyata! Amin.


Pdt. Lusindo Tobing