28 Februari 2017

Refleksi Minggu pertama Maret 2017



Matius 4: 1-11

 
Hidup Saleh ketika Menghadapi Tantangan
dan Godaan Hidup


                                                                                                           Foto oleh: lt
 
Ada modus operandi yang sama diterapkan Iblis dalam peristiwa 

Adam dan Hawa, dengan peristiwa pencobaan Tuhan Yesus Kristus
di padang gurun. Keduanya sama-sama dijanjikan kedudukan,
kuasa dan sanjungan. Namun perbedaannya, Adam dan Hawa
tergiur, sebaliknya, Tuhan Yesus menentang keinginan Iblis bahkan
menaklukkannya! Iblis memakai kesempatan pada saat Dia lapar
setelah berpuasa untuk mengajukan tawarannya (ayat 2). Iblis
mengira jika lapar maka Diaa akan melakukan tindakan yang Iblis
harapkan, yang dapat dimanfaatkan Iblis sebagai "pintu"
penaklukan Iblis.

Iblis melancarkan tiga kali penawaran yang dibalut tampilan
menyenangkan. Pertama, penawaran kebutuhan jasmani yang
masuk melalui kebutuhan hidup Tuhan Yesus (ayat 3). Kedua,
penawaran untuk demonstrasi kekuasaan-Nya kepada dunia (ayat
5-6). Ketiga, penawaran peralihan kepemilikan dunia dari Iblis
kepada Yesus (ayat 8). Ketiga penawaran Iblis itu dipatahkan
Tuhan Yesus dengan mengutip firman yang dilandasi atas
kebergantungan mutlak kepada Bapa-Nya (ayat 4, 7 & 10), yang
kita lebih kenal dengan istilah: Kesalehan.

Hiduplah saleh. Setiap hari kita dihadapkan berbagai tantangan dan
godaan hidup, yang lebih banyak menyesatkan. Sekalipun,
pengorbanan nyawa telah Tuhan Yesus berikan, namun masih saja
kita bisa tergoda rayuan Iblis. Mari jadi kuat dan teguh, mari hidup
saleh, bergantung hanya kepada Allah di dalam Tuhan kita Yesus
Kristus. Selamat memasuki Minggu Pra-Paskah I semua umat-Nya.
Tuhan memberkati ibu. bapak dan saudari/a semua. Selamat terus
menjadi saluran berkat-Nya kepada sesama manusia. Tetap setia
berjuang hidup dalam kesalehan Tuhan. Amin.
 
 
Pdt. Lusindo Tobing

Refelksi Minggu keempat Februari 2017



2 Petrus 1: 16-21


Tidak Menafsirkan Kitab Suci menurut Kehendak Sendiri

                                                                                                                                  Foto: LT.
 


Fenomena “perang hoax” (saling menyebarkan berita bohong)
belakangan ini sudah agak “mereda.” Namun itu bukan berarti kita
semua sudah bebas dan imun / kebal dari penyakit pemaksaan
kehendak orang atau pihak lain melalui berita-berita palsu,
mempengaruhi, demi mengikuti keinginan si penyebar hoax. Sebab
secara mendasar, setiap manusia sesungguhnya tiap hari
“berperang” dengan keinginan dan kehendaknya sendiri!

Karena itulah kita membutuhkan Kebenaran. Kebenaran dari Allah,
salah satunya melalui (Firman) Nubuatan-Nya! “Sebab <1063> tidak <3756>
pernah <4218> nubuat <4394> dihasilkan <5342> oleh kehendak <2307> manusia <444>, tetapi <235> oleh <5259>
dorongan <5342> Roh <4151> Kudus <40> orang-orang <444> berbicara <2980> atas nama <575> Allah <2316>.”(ayat
21). Kita butuh yang asli bukan palsu, kita lebih perlu yang original
bukan kw bukan abal-abal, dan kita selalu butuh yang murni bukan
kebohongan. Apalagi jangan menjadi pelaku hoax alkitabiah,
maksud saya: Jangan menafsirkan Kitab Suci (Firman-Nya)
menurut kehendak sendiri!

Siapapun umat yang hidup dalam Kristus, mempercayakan seluruh
hidupnya pada pemeliharaan Allah, pasti
mengalami pengalaman-pengalaman (mungkin tidak sama persis
tetapi) seperti yang dialami Petrus dan rasul lainnya dalam konteks
bacaan 2 Petrus ini. Melihat dan mengalami Tuhan dengan karya
kemuliaan-Nya. Amin.

 

Pdt. Lusindo Tobing