28 Februari 2017

Refelksi Minggu keempat Februari 2017



2 Petrus 1: 16-21


Tidak Menafsirkan Kitab Suci menurut Kehendak Sendiri

                                                                                                                                  Foto: LT.
 


Fenomena “perang hoax” (saling menyebarkan berita bohong)
belakangan ini sudah agak “mereda.” Namun itu bukan berarti kita
semua sudah bebas dan imun / kebal dari penyakit pemaksaan
kehendak orang atau pihak lain melalui berita-berita palsu,
mempengaruhi, demi mengikuti keinginan si penyebar hoax. Sebab
secara mendasar, setiap manusia sesungguhnya tiap hari
“berperang” dengan keinginan dan kehendaknya sendiri!

Karena itulah kita membutuhkan Kebenaran. Kebenaran dari Allah,
salah satunya melalui (Firman) Nubuatan-Nya! “Sebab <1063> tidak <3756>
pernah <4218> nubuat <4394> dihasilkan <5342> oleh kehendak <2307> manusia <444>, tetapi <235> oleh <5259>
dorongan <5342> Roh <4151> Kudus <40> orang-orang <444> berbicara <2980> atas nama <575> Allah <2316>.”(ayat
21). Kita butuh yang asli bukan palsu, kita lebih perlu yang original
bukan kw bukan abal-abal, dan kita selalu butuh yang murni bukan
kebohongan. Apalagi jangan menjadi pelaku hoax alkitabiah,
maksud saya: Jangan menafsirkan Kitab Suci (Firman-Nya)
menurut kehendak sendiri!

Siapapun umat yang hidup dalam Kristus, mempercayakan seluruh
hidupnya pada pemeliharaan Allah, pasti
mengalami pengalaman-pengalaman (mungkin tidak sama persis
tetapi) seperti yang dialami Petrus dan rasul lainnya dalam konteks
bacaan 2 Petrus ini. Melihat dan mengalami Tuhan dengan karya
kemuliaan-Nya. Amin.

 

Pdt. Lusindo Tobing

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar