08 Oktober 2012

refleksi minggu kedua Oktober 2012


Tetaplah Hidup Jujur!





Markus 10: 2-16


Bagian Markus 10 ini memang bicara soal Surat Perceraian yang ditanyakan banyak orang kepada Tuhan Yesus. Tetapi jelas dan sangat tegas, Yesus menyatakan bahwa Musa (bukan Allah yang "mengeluarkan" surat seperti itu) membuat atau mengeluarkan itu karena kedegilan hati umat Israel. Bagian inilah sesungguhnya yang harus kita refleksikan.

Kedegilan hati berwujud dari kebiasaan yang buruk. Apa itu? Tidak bersedianya seseorang untuk apa adanya, mau lebih rendah hati dan benar-benar jujur. Jujur di hadapan Allah khususnya. Tetapi juga jujur di hadapan manusia.

Bicara pernikahan misalnya, betapa kita memang harus lebih terbuka jujur dan kembali kepada hal paling mendasar. Bahwa pernikan bukanlah rencana manusia belaka. Bukan pula sesuatu yang dibuat dan dirancang-rancang oleh gereja atau lembaga sosial apapun. Tetapi harus sungguh diketahui dan diyakini bahwa pernikahan adalah rancangan Tuhan saja. Oleh karenanya itu sangat suci, sangat mulia dan kudus. Bersifat selama-lamnya, hingga maut memisahkan. Hanya Allah yang bisa memisahkan (baca lagi ayat 9). Allah yang menentukan. 

Mari juga bersikap jujur seperti ini untuk semua dimensi di kehidupan kita. Appaun, di manapaun dan bahkan bagaimanapun. Bahkan ketika kejujuran semakin langka. Semakin mahal dan tentu dicari-cari orang. Mari, mari mulai dari diri sendiri. Kalau kita rindu orang lain jujur, maka sulit sekali kita sendiri mau melakukan kejujuran tersebut. Jika kita selalu berharap lingkungan kita adalah lingkungan yang memperjuangkan kejujuran, maka mulailah dari diri kita dulu untuk berjuang jujur!

Jujur di hadapan Tuhan. Jujur pada diri sendiri. Dan tentunya juga jujur kepada orang lain.

Dan untuk ini, Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kepada kita, mari belajar kepada anak-anak. Menjadi seperti anak kecil. Memiliki hati, pikiran dan sikap bukan kekanak-kanakan, tetapi: seperti anak-anak. Mau diajar. Mau dibentuk olehNya. dan sekali lagi, jujur.. tulus bersih jernih dalam iman, pengharapan dan Kasih.

Hal terakhir yang sungguh patut direnungkan adalah: Siapa yang jujur.. maka akan dipeluk oleh Tuhan, lalu diberkati olehNya. Hal ini kita pantulkan dari sikap Tuhan Yesus sendiri kepada naka-anak (ayat 16). Tuhan memanggil mereka, mengajarkan soal ketulusan kejujuran menyambutNya kepada murid-murid. Lalu mengangkatnya di pangkuan lalu memeluk anak-anak itu, seperti akan masuk di dalam hatiNya. dan memberkati mereka.

Tuhan akan memeluk kita. Tuhan pasti juga memberkati kita. Jika kita mau hidup bersih dari hati, pikiran yang baik dan sikap yang penuh kejujuran.

Yang jujur, dipeluk dan diberkatiNya! Amin.




tulisan & foto: lusindo tobing




Tidak ada komentar:

Posting Komentar