07 Mei 2015

Refleksi Minggu Kedua Mei 2015



Yohanes 15: 9-17



MENJADI SAHABAT KRISTUS





Mari menjadi sahabat-sahabat Kristus. Di konteks kali ini, Tuhan Yesus Kristus bahkan membandingkan perbudakan/hamba dengan persahabatan. Yang memastikan kebaikan Allah, mengangkat kita dari “hamba” dosa, kepada status sahabat. “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (ayat 15).

Jauh sebelumnya, di konteks Perjanjian Lama, Abraham juga disebut sebagai sahabat (“yang sangat dikasihi” atau "kekasih") Allah. Para murid, dan juga kita jemaat Gereja-Nya, kini memperoleh kesempatan untuk itu jika kita mau taat. Seorang sahabat Kristus adalah seorang yang taat. Hidup tinggal di dalam Dia, dan firman-Nya tinggal di dalam orang itu. Dalam perikop kita kali ini, Dia memakai sebuah istilah yang baru: Sahabat-Ku, untuk menegaskan status iman percaya tiap kita dan siap berbuat apa yang diperintahkanNya kepadanya.

Dan yang akhirnya diringkaskan menjadi satu perintah saja: Kasihilah seorang akan yang lain (ayat 17). Menjadi sahabat Kristus dengan wujud menjadi sahabat bagi sesama manusia. Bersedia bersahabat, berbuah nyata  menjadi saluran berkat Kasih kepada semua orang. 

Kita dapati itu di ayat 16, tiga tujuan dijadikan sahabat-sahabat Kristus: 1. Supaya para murid juga kita pergi mewartakan kuasa dan keselamatanNya; 2.  Kita berusaha menghasilkan buah (buah-buah Kasih) tetap –setia dan taat-, bahkan menjadi lebih lebat tiap waktu;  Dan 3. Sehingga doa para sahabat-sahabat Kristus pasti didengar dan pasti dijawab-diberikan. DiberkatiNya.  Amin.



Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar