26 Januari 2017

Refleksi Minggu kelima Januari 2017


1 Korintus 1: 18-31


Hidup dalam Hikmat Allah, bukan Hikmat Dunia

 

                                                                                                                                                                           foto oleh: lusindo tobing

 

 

Kemarin ada Hakim ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Semua pihak terkaget-kaget (lagi), di tengah krisis dan pergumulan rakyat Indonesia, serta upaya pemerintah memberantas pungli dan korupsi, seorang Hakim Mahkamah Konstitusi tertangkap tangan melakukannya. Dari Tempo.co diberitakan demikian, “PA diduga menerima suap sebesar Sin$ 200 ribu dari pengusaha impor daging, BH. KPK menduga BH memberikan suap itu karena uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 dapat mengancam kelancaran bisnis impor dagingnya. Pada perkara ini KPK menetapkan empat tersangka. Mereka adalah PA, BH dan sekretarisnya Ng F, serta seorang swasta bernama K” (https://m.tempo.co/read.., diakses 27 Januari 2017).

Selain berita ott (operasi tangkap tangan) tersebut, penting untuk kita refleksikan: Rupanya sang pemberi suap bukanlah orang yang menggugat/tergugat sejak awal atas uji materi. Tetapi “karena uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 dapat mengancam kelancaran bisnis impor dagingnya.” Perhatikan, ketakutan karena mengandalkan “kedagingannya” dalam urusan bisnis dagingnya!

Mari umat yang bekerja, berdagang dan berbisnis, serta apapun yang kita lakukan di keseharian, jangan hidup melulu mengandalkan hikmat dunia / “kedaginganmu” (dari kata Yunani “sarx” artinya “daging,” Hidup dibawah kendali nafsu, keserakahan manusia dan melakukanyang tidak sesuai Firman Allah). Tetapi mari hiduplah dalam Hikmat Allah. Hidup dalam Kristus saja, sebab: “.. Kristus <5547> adalah kekuatan <1411> Allah <2316> dan <2532> hikmat <4678> Allah” <2316> (ayat 24). Setialah memohon dalam doa dan terus mengandalkan kekuatan Hikmat Allah yang nyata bisa mengalahkan dosa dan maut. Mari ucapkan dan lebih banyak berbuat baik serta berbuat benar seperti bunyi ayat 25, “sebab <3754> yang bodoh <3474> dari Allah <2316> lebih besar hikmatnya <4680> dari pada manusia <444> dan <2532> yang lemah <772> dari Allah <2316> lebih kuat <2478> dari pada manusia <444>.” [ <1510>]Amin.

 

Pdt. Lusindo Tobing

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar