06 Agustus 2017

Refleksi Minggu pertama Agustus 2017


Roma 9: 19-26


Rahmat Allah dalam Keragaman Budaya
 

 

Koentjaraningrat, seorang guru besar antropologi Indonesia mengingatkan dalam bukunya Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, agar kita waspada potensi konflik yang bisa terjadi karena keragaman Indonesia, ”Untunglah bahwa hubungan antar suku-bangsa dan golongan dalam masyarakat negara kita itu, belum seburuk seperti di beberapa negara lain dengan suatu masyarakat majemuk, tetapi toh potensi terpendam untuk konflik karena masalah ketegangan antar suku-bangsa dan golongan tidak bisa kita abaikan demikian saja” (Koentjaraningrat 2010, 383).

Karena itu penting untuk semakin memantapkan dan mengimani bahwa keragaman (keanekaragaman) budaya, tradisi, bahasa ibu, suku, agama yang ada di Indonesia adalah sebuah Rahmat dari Allah. Rasul Paulus dalam perikop kita kali ini menunjukkan bahwa, “yaitu kita <2248>, yang telah dipanggil-Nya <2564> bukan <3756> hanya <3440> dari antara <1537> orang Yahudi <2453>, tetapi <235> juga <2532> dari antara <1537> bangsa-bangsa lain <1484>, [ <3739> <2532>]seperti <5613> yang difirmankan-Nya <3004> juga dalam <1722> kitab nabi Hosea <5617>: "Yang bukan <3756> umat-Ku <2992> <3450> akan Kusebut <2564>: umat-Ku <2992> <3450> dan <2532> yang bukan <3756> kekasih <25>: kekasih <25>" [ <2532>](ayat 24-25), (bandingkan Hos. 2:22; 1:10).

Kekurangan kemanusiaan dan bahkan keburukan dalam hidup, tidak menjadi halangan bagi Allah untuk menghadirkan kasih karunia dan belas kasihan. Lihatlah, kecaplah, syukurilah dan mari bersama kelola-lah, kasih yang begitu besar bagi penghuni bumi, dan (khususnya) mulailah dari Indonesia! Rahmat Kasih Allah dalam keragaman kita. Amin.

 

Pdt. Lusindo Tobing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar