26 Oktober 2017

Refleksi Minggu kelima Oktober 2017



Matius 22: 34-40



Keluarga yang Menghidupi Kasih



Dari keempat Injil, hanya Injil Matius yang bicara secara khusus
tentang gereja, dan sel terkecil dari gereja adalah keluarga. Keluarga-keluarga yang setia dalam kasih Tuhan. Sebab kasih adalah hakikat iman yang sejati. Kasih merupakan kunci dari kehidupan yang menghasilkan sikap sehari-hari yang terbuka, menerima, rukun dan membahagiakan. Kasih kepada Allah membuat orang tidak ingin menyakiti anggota keluarga dan manusia lainnya.

Jangan kalah dengan tekanan-cobaan yang selalu ingin
“mematikan” kasih, dan jangan persilakan diri kita menjadi pelakunya! Baca serta renungkan lagi bagian awal perikop kali ini: “ Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia” (ayat 34-35). Ketiadaan kasih, memunculkan perbuatan saling menjatuhkan dan merusak!  

Marilah menjadi pribadi dan keluarga yang saling menghidupi.
Menghidupi di dalam dan antar anggota keluarga. Juga keluar dari keluarga, menjadi anggota “keluarga yang lebih besar dan luas,” menjadi anggota lingkungan rumah, tempat studi, kerja, dan siap menghidupi orang lain di sekitar kita di manapun berada (refleksi kata “neighbor”/”tetangga” pada kata “sesamamu” yang artinya “orang-orang yang ada dekat dengan kita berada” dalam ayat 39: “..Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”) dan bahkan bersedia menghidupi semua orang yang menderita, lapar dan haus dengan bantuan sesederhana apapun berdasar cinta kasih Tuhan.

Selamat mengakhiri Bulan Keluarga Tahun 2017. Selamat untuk
terus dan semakin menjadi keluarga-keluarga yang mempunyai waktu untuk mengasihi semua orang, sehingga semakin tidak punya waktu untuk membenci. Dalam keadaan bagaimanapun dan kapanpun jua.. selamat setia menjadi keluarga yang menghidupi kasih. Amin.


Pdt. Lusindo Tobing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar