21 Desember 2017

Refleksi Minggu keempat 2017

Lukas 1: 26-38


Terang Allah Memampukan Kita 

Melakukan Kehendak-Nya




Di dua Minggu pagi menjelang Hari Natal, sebuah pesan masuk di wa (WhatsApp) saya, “Apakah pak pendeta ada waktu untuk saya berkonsultasi?” Lalu saya berpikir ini pasti sesuatu yang sangat penting, sampai di saat menjelang pelayanan ibadah Minggu meminta waktu. Benar saja, WA itu dari seorang ibu muda yang sekitar 10 tahun lalu berpindah iman karena pernikahan, hidup berkeluarga dengan suami dan kedua anak mereka. Singkatnya, di perjalanan 2 tahun terakhir, terang Allah semakin menyapa sang ibu, yang membawanya tiba di keputusan untuk kembali. “Saya ini domba yang tersesat Pak Pdt. Lusindo, saya rindu kembali.” Kerinduannya ini tentu tidak mudah, banyak risiko khususnya dari suami dan keluarga suami, sudah disadari akan dan harus dijalaninya. “Dengan datang ke gereja, saya sekarang semakin mencintai suami saya dan juga anak-anak walau belum seiman” ungkapnya menegaskan bahwa selama ini hidupnya terasa kosong, dan dalam terang kasih Tuhan, ia menikmati damai. 
    
Refleksi Lukas 1: 26-38 kali ini juga tentang seorang perempuan, perempuan muda, manusia biasa yang dipilih Allah menjadi ibu yang luar biasa, Ibu Juruselamat manusia pada segala abad dan tempat. Anugerah yang besar bagi Maria. Respons Maria jadi teladan bagi kita: ia tidak ragu-ragu menerima janji itu. Hal ini merupakan suatu pernyataan penyerahan yang total, walaupun risiko yang harus dihadapi sebagai seorang perempuan yang belum menikah namun hamil - seperti penolakan dari Yusuf dan cemoohan dari keluarga, tetangga dan masyarakat - mungkin akan dihadapinya.

Mari benar-benar hidup dalam terang Allah, mari hidup dimampukan melakukan kehendak-Nya! Ibu muda di cerita awal berani membulatkan tekadnya berkata, “ya, dengan sepenuh hati” untuk kembali hidup dalam terang Allah. Seperti Maria dalam pembacaan kita jelang hari Natal ini, Maria penuh hormat menerima terang dan kehendak Allah, melalui malaikat Gabriel yang memberi salam, “Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (ayat 28). Karena imannya, Maria menerima risiko kehancuran hubungannya dengan Yusuf. Lagipula, Elisabet isteri Zakharia yang juga mengalami kuasa Allah yang juga ajaib, memberi kekuatan kepada Maria. Selamat Hari Ibu (22 Desember 2017), juga salam damai terang Natal Tahun 2017 dan Tahun Baru 2018. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, orang-orang yang mau hidup dalam terang Allah harus berani mengatakan, “Ya Tuhan aku percaya, jadilah padaku kehendak-Mu!” Amin.


Pdt. Lusindo Tobing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar