05 Oktober 2019

Renungan: Keluarga Hidup dalam Spiritualitas Pengabdian

Keluarga Hidup dalam Spiritualitas Pengabdian (Lukas 17: 7-10)
“Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Lukas 17: 10)
Spiritualitas pengabdian para murid kepada Tuhan Yesus Kristus, dipertaruhkan pada tanggung jawab mereka terhadap sesama anggota keluarga Allah. Jangan sampai mereka menyesatkan orang lain, jangan sampai ada orang yang karena pengajarannya, jatuh ke dalam dosa atau malah kehilangan iman. Tanggung jawab yang lain sebagai sesama anggota keluarga Allah adalah kemauan untuk: mengampuni. Dosa atau kesalahan orang lain hendaknya tidak dijadikan bahan pergunjingan. Orang yang telah melakukan kesalahan harus ditegur dan jikalau menyesal, ia harus diampuni.
Di konteks kini, kita (sebagai pribadi maupun sebagai keluarga-keluarga) pun memahami bahwa diri kita adalah anggota keluarga Allah. Oleh karena itu setiap orang yang menjadi anggota keluarga Allah harus memiliki komitmen untuk mengejar kebenaran dengan saling membangun dan saling mengampuni.
Khususnya memasuki Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) GKJ Nehemia tahun 2019 ini, mari bersama tiap anggota keluarga, kita saling membangun iman dan mewujudkan kasih pengampunan. Untuk itu semua, dibutuhkan kerendahan hati. Sikap yang dimanifestasikan melalui tindakan tidak mengharapkan pujian atau terima kasih, karena kita adalah hamba-hamba Allah. 
Memang tidak mudah untuk mengikut Dia, apalagi tidak mudah untuk menjadi keluarga-keluarga Allah di “zaman now” yang egois serta haus kekuasaan, banyak godaan untuk hanya mau didengar, dihormati dan dilayani.
Merupakan kewajiban kita untuk mengasihi, mengampuni dan melayani, sebagai wujud syukur dan tindakan yang memuliakan Allah. Dan semua berpusat kepada-Nya. Sehingga setiap keluarga Allah (baca: setiap anggota keluarga kita) akan selalu mendapatkan kesegaran, kekuatan, penghiburan, dan bahkan keselamatan, justru dari ketaatan hidup sebagai hamba. Keluarga yang hidup dalam spiritualitas pengabdian hanya kepada-Nya. Amin.

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar