05 Maret 2010

refleksi minggu pertama Maret 2010

Lukas 13: 1-9

BERTOBAT – BERBUAH
“.. jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa..” (Lukas 13: 5)


Bencana gempa bumi di Haiti, juga di Cile (Amerika Selatan). Banjir dan tanah longsor di Bandung, juga beberapa daerah di Jakarta seperti Kampung Melayu, Bukit Duri, Muara Karang, Pluit, dan banyak daerah lainnya. Apa yang Tuhan maksudkan dengan semua itu? Apa yang ingin disampaikanNya? Dan apakah pesan2Nya itu hanya untuk mereka yang terkena bencana dan penderitaan? Atau sesungguhnya Ia ingin berpesan untuk kita semuanya tanpa terkecuali?
             
Di perikop kali ini, kita mendapat jawaban dan penegasanNya. Salah satu yang terbesar adalah: Supaya kita semua bertobat. Sekali lagi bertobat!
            
Ketika beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahanya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Tuhan Yesus dengan langsung juga jelas bahkan keras bersabda,”Sangkamu orang-orang Galilea  ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kataKu kepadamu. (ayat 2-3a).

Tuhan rupanya kerap menggunakan hal sederhana untuk menjelaskan berbagai hal yang jauh jauh dan jauh lebih besar.

Dia seringkali mengambil cuilan sederhana untuk menegur semua bagian lain yang lebih besar.

Jadi, dalam hidup ini. Rupanya apa yang sedang dialami, dirasakan, digumuli dan diperjuangkan oleh orang lain. Sesungguhnya itu juga “bagian” kita. Minimal. Saya dan anda mampu berempati dan lebih bagus lagi bersimpati kemudian bisa menyalurkan kasih dan berkat dari Tuhan kepada mereka.

Karena kita sendiri sebenarnya pantas untuk mengalami hal yang sama.

Perhatikan ini, diam sebentar dan renungkan dalam2: Kita tidaklah lebih hebat, lebih baik atau apalagi lebih suci dan kudus dari mereka yang terkena bencana dan penderitaan tersebut.

Di ayat 4, Tuhan melanjutkan sabda hardikanNya,”Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak kataKu kepadamu.

Tetapi rupanya.. karena Tuhan melayakkan kita. 

Dengan syarat: bertobat! Melakukan pertobatan (berubah) dari perbuatan-perbuatan kita yang tidak baik dan melanggar Firman Tuhan untuk menjadi baik dan lebih benar. Berkesesuaian dengan SabdaNya dan menyenangkan Hati Allah Bapa. 

Kalau tidak..!? 
Karena “jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (bagian akhir di ayat 3 dan ayat 4).

Mari teman2 terkasih, bertobatlah!
Berubahlah oleh pembaharuan hati, budi dan pikiran kita.
Dalam urapan Roh Allah.

Jangan sampai kita semua binasa.
Mari belajarlah dari setiap sekian banyak fenoma
Bahkan kejadian dan peristiwa yang miris dan menyedihkan
Terkhususkan berbagai penderitaan, kericuhan, kesakitan dan bencana demi bencana!
                            
                                                                                                                foto: lt

Semua kita berdosa. Dan penderitaan kesengsaraan yang dialami oleh orang lain, rupanya bukan karena mereka sangat berdosa dan kita sedikit berdosa.
Juga ingat lagi, demikian sebaliknya. Saat kesakitan juga bencana itu mampir pada saya atau anda, bukanlah berarti kita sajalah yang berdosa, dan orang lain tidak.
Titik perjuangan kita adalah mari lakukan pertobatan! Sungguh-sungguh bertobat!

Tetapi tidak hanya bertobat aja, lalu puas hati dan puas diri, itu juga tidak benar.

Satu pertobatan harus diteruskan, dengan iman dalam nama Tuhan Yesus Kristus sungguh-sungguh melaksanakan apa yang kita kenal dengan proses: berbuah.
Sekali lagi berbuah!
  
Berbuah seperti satu pohon ara, di perikop kita berikutnya.

Tuhan mencari buah-buah pertobatan kita.

Sesama kita mengharapkan bahkan membutuhkan buah-buah iman kita.

Digambarkan di ayat 6&7, dengan perumpamaan pemilik pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya juga. Berkata kepada pengurus kebunnya itu,”Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya.”  Lalu kelanjutannya sangat ekstrim. “Tebanglah pohon ini!”

Jadi jika kita tidak menghasilkan, tentu menghasilkan apa yang baik dan indah. Tidak jadi jalan keluar, jawaban, memperjuangkan damai sejahtera, saling memaafkan, mengampuni dengan melupakan, bersedia bekerjasma, siap juga menolong dan membantu mereka yang lemah, menyalurkan kasih karunia dari Tuha. Maka seperti pohon ara tadi, tebang!!  

Dan kalimat berikutnya tamba mendegum keras di hati pikiran perenungan kita, perhatikan:
“Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” (karena tidak berbuah…!)
  
Kemudian pantulan refleksi jawaban pengurus kebun di perumpamaan ini tambah mengajar kita, Tuhan masih beri kita waktu.“Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak tebanglah dia!” (ayat 8&9).
Dan Dia berikan waktu kesempatan itu selama kita masih hidup. Selama masih ada di dunia.

Mari selagi ada waktu kesempatan
Bertobatlah dan berbuahlah..

Ingat, kita tidak bisa berbuah tanpa didahuli pertobatan atau perubahan
Yang nyata dari hati ke tingkah laku juga teladan.
Sebaliknya,
Pertobatan kita baru sebuah benar2 pertobatan jika, diteruskan dengan menghasilkan buah. Kepada orang-orang sekitar khususnya yang menderita dan sengsara, memberi buah-buah Kasih.
  
Berbuah tetap bahkan dimampukan berbuah-buah lebat!

Yang pastinya akan membuat sang Pemilk taman kehidupan, hatiNya sangat bersukacita bahagia.
Dan so pasti membahagiakan sesama, 
Mari menghadirkan kelegaan, damai juga sukacita bagi orang-orang terdekat melalui buah2 nyata kita.

Bertobatlah! Berbuahlah…
Amin.



Pdt. Lusindo Tobing



Tidak ada komentar:

Posting Komentar