12 Desember 2011

refleksi minggu keempat November 2011


MENANTI


1 Korintus 1: 4-9


Mari baca dan katakan kalimat ini,” Hati Bersyukur Melayani”. Sekali lagi, “Hati Bersyukur Melayani.” Ya, mungkin seperti satu kesatuan kalimat, tetapi seperti penulisannya kalimat tersebut terdiri dari tiga kata. Tepatnya tiga hal kristalisasi dari refleksi perikop kali ini.

Mari menanti Natal- Kelahiran Tuhan Yesus Kristus- atau peringatan perayaan kedatanganNya yang pertama, tetapi juga mari menanti kedatanganNya untuk kedua kali, bukan dengan sekadar jasmani apalagi cuma dimensi materi. Juga jangan hanya dengan pikiran, rasioa dan pengetahuan belaka. Tetapi marilah kita menanti kedatangan bahkan kehadiranNya dengan hati!

Persolannya hati yang bagaimana. Seperti hal kedua dari kalimat ungkapan di awal tadi, tentu dengan hati yang sungguh bersyukur! Rasul Paulus yang dahulu bernama Saulus mengalami perubahan dari dalam hatinya dengan juga seluruh akal budi dan karakter juag segenap sikap tubuh jasmaninya. Hingga indah ketia Paulus dipakai oleh Tuhan menyuarakan kebahagiaan menanti di dalam Tuhan. Kerinduan dan keinginan bertemu melalui surat yang ditulis sendiri oleh Paulus diawali dengan menarik. Paulus menyapa semua jemaat di Korintus dengan hati yang bersyukur. “Aku senantiasa mengucap syukur kepada allahku karena kamu atas karunia Allah yang dianugerahkanNya kepada kamu dalam Kristus Yesus.” (ayat 4).

Mari menanti Tuhan dengan hati yang bersyukur. Setia menghitung berkat-berkatNya, di kurang-lebih satu tahun ini, bahkan di sepanjang hidup kehidupan kita. Syukuri semua “kekayaan” yang dari Tuhan (baca lagi 5-8) dengan jalan mempertanggungjawabkan semua berkat Tuhan itu.

Dengan cara apa? Deangan cara benar-benar bersedia untuk diutus dipakai menjadi saluran berkat-berkat tersebut. Bagi keluarga, jemaat hingga bagi sesama yang sunguh membutuhkan. Membawa kebahagiaan Kasih bagi orang-orang yang letih lesu berbeban berat. Mengkondisikan bahkan mewujudkan kebaikan yang bertambah di kondisi dan situasi yang bagaimanapun. Dengan menggunakan hati, pengetahuan, perkataan bahkan segala potensi dan karunia-karunia yang dianugerahkan Tuhan , di manapun kita berada bagi lingkungan dan sesama.

Inilah semua yang mungkin bisa kita sebut sebagai penantian atau menanti dengan setia (ayat 9) dan aktif! Jangan menanti dengan lalai dan pasif, tetapi harus dengan aktif. Menanti dengan Hati yang selalu mau Bersyukur dan benar-benar nyata Melayani. Bersyukur mendoakan lebih banyak orang lain, melawat mengunjungi yang sakit dan bergumul. Membantu yang butuh bantuan, menolong yang sangat memerlukan pertolongan. Bahkan kita mau hadir dan menjumpai mereka dengan Kasih yang dari Tuhan Yesus Kristus, melayani. Menanti dengan hati bersyukur melayani. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar