28 Agustus 2012

refleksi minggu kedua Agustus 2012


ADA TUHAN DI TENGAH KEPUTUSASAAN

1 Raja-raja 19: 5-7
Mazmur 34: 7-8
Yohanes 6: 35-61
Efesus 4:25 - 5:2





                Ingat Nabi Elia yang ditolong Allah diberi makanan (juga minuman) disaat-saat lapar karena menyelamatkan diri dan juga saat mengalami kemunduran motivasi pelayanannya. Bahkan rawan menjemput keputusasaan. Sesungguhnya bukan sekadar kebutuhan perut (baca: jasmani) yang dicukupkan, namun tentu ada banyak pesan dan ajaranNya kepada Elia sendiri, tetapi juga kepada kita.Salah satunya adalah:
Jangan ambil keputusan untuk hidup dalam keputusasaan.

Ya, keputusasaan jangan pernah dijadikan keputusan. Walau putus asa adalah pilihan yang paling gampang bahkan paling banyak diputuskan atau diambil. Sekali lagi, jangan putus asa! Karena apa? Karena Tuhan Allah sendiri tidak berkenan untuk kita jatuh putus asa. Melalui Firman juga tindakanNya –salah satunya tadi melalui Nabi Elia-  juga kepada semua mereka yang percaya dan terlebih yang melayaniNya,  tidak diperkenankanNya untuk kita lemah iman, pasif dan kalah terhadap tantangan kehidupan.  Coba  baca lagi 1 Raja-raja 19: 5-7, jelas Allah ingin agar Elia juga kita semua untuk sungguh percaya dan berani meneruskan perjalanan hidup, tugas pekerjaan dan pelayanan dengan kekuatanNya. Jangan berhenti bersaksi. Tidak boleh gentar dan layu dalam iman kepada Kasih. Dan sesungguhnya kita dilarang untuk menyerah, apalagi atas sesuatu yang buruk, jahat dan tidak diperkenankan Tuhan.  Keputusasaan bukan keputusan!

Yang lebih indah lagi, bila kita cermati keberadaan hidup kehidupan kita manusia. Allah justru ada di tiap kerawanan keputusasaan tersebut. Bahkan bisa kita katakan, Allah justru lebih ada dan lebih nyata terasa justru di tengah-tengah situasi yang menghimpit dan sangat menggoda kita untuk nyerah kalah.

Ingatlah bahwa Allah Ada. Ya, Dia selalu ada di dalam berbagai fenomena dan kejadian. Di tiap bagian fase kehidupan dan perjalanan kehidupan kita.  Allah adalah Allah, Dia selalu hadir, selalu aktif mencintai mengasihi dan tidak tertidur bahkan tidak pernah gagal. Rancangannya untuk berproses menyelamatkan dunia khususnya kita umat manusia, tidak pernah gagal. Tidak ada produk gagal Allah. Semua ya. Semua berhasil. Rancangannya tidak bisa digagalkan. Tidak bisa diperlambat atau ditahan-tahan, oleh siapapun dan bagaimanapun. Jadi, mengapa kita harus menjadikan putus asa sebagai salah satu calon keputusan kita? Jangan! Jangan putus asa ketika kita sungguh beriman kepadaNya.  Walau di tengah penindasan bagaimanapun dan kesesakan yang besar. Allah ada. Andalkan selalu Dia. Kembali dulu pertama kali selalu kepada Allah. Takutlah akan Dia. Sembah puji dan bersyukur atas kebaikan kemurahan berkat-berkatNya. Yakini Allah selalu ada dan ada selalu Allah. Lalu persilakan Tuhan Allah yang bekerja menguasai hidup kehidupan kita. Mengatasi, memanage dan memberi solusi di tiap pergumulan dan perjuangan. Allah ada, ada Allah.

 Pemazmur di Mazmur 34: 7-8 dengan indah menandaskan, “Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Coba perhatikan, MalaikatNya berkemah di sekeliling kita. Indah sekali dan sangat menguatkan kita! Dan minimal ada dua kata yang menarik tadi,  “menyelamatkan” dan “meluputkan”.  Setelah membuka beberapa bahan dan kajian, saya mendapatkan hal yang menarik lebih lagi atas dua kata ini. Rupanya, kata “menyelamatkan” bahkan juga berarti Allah sungguh fokus akan Cinta KasihNya dan Penjagaan PembimbinganNya (TuntunanNya) kepada kita. Allah tidak pernah berhenti mengasihi kita, keluarga kita dan setiap orang. Apa yang baik saja yang dicurahkan dan diberikan kepada kita semua. Dan kata yang kedua, yakni “meluputkan” sungguh menjadi pemahaman juga pencerahan baru karena punya arti Allah selalu rindu unuk kita dipindahkanNya dari satu keadaan yang tidak baik ke keadaan yang baik. Dengan kekuatanNya, Dia selalu akan berusaha membuat kita beralih dari yang buruk ke indah, dari jahat ke yang baik dan jika sudah baik dan indah maka akan dibuatNya naik lagi bepindah ke keadaan yang lebih dan lebihhh baik indah. Di tiap hari, tiap waktu kehidupan kita. Sampai kapan? Tentu sampai akhir hidup kita bahkan kerinduanNya kita akan kembali bersamaNya. Di kemuliaan abadi sorga.

              Sehingga tepat ketika Tuhan Yesus Kristus sendiri menyatakan lewat lisanNya, “Akulah Roti Hidup” (Yohanes 6: 35-61). Siapa yang mau datang kepadaNya, mendekat dalam hubungan spiritual dan kehidupan kesehariannya, maka akan hidup. Tidak mati lagi. Artinya memiliki kedamaian sorgawi, tenangan dan sejahtera yang illahi dari Tuhan selama hidup di dunia. Dan bahkan seterusnya ada kepastian keselamatan dan kesempurnaan keselamatan Sorga. Tidak akan lapar lagi, tidak akan haus lagi. Tidak akan ada tangis dan penderitaan lagi, tidak ada duka sengsara lagi nanti di Sorga abadi itu. Tetapi juga kini, sekarang, selagi ada berpijak di atas bumi, maka kita bersama mengecap kedamaian Allah. Yang membuat kita mampu mengalahkan kuasa buruk dan jahat. Bahkan bisa benar-benar berbahagia, lega sukacita dan pasti dalam melangkah.  Asal dan karena mau hidup makan “roti hidup”.  Menjalani hidup dengan roti hidup, hidup di dalam Kuasa Allah saja.

                 Dan Allah ingin kita membagikan itu semua. Membagikan pengetahuan bahwa Allah ada dan  selalu ada Allah. Dan menshare semangat hidup kepada sesama. Bagi siapapun juga, khususnya bagi orang-orang yang sedang menuju bahkan mungkin sedang mengalami keputusasaan. Mari untuk terakhir kita baca secara penuh dan maknai Efesus 4:25 - 5:2. Betapa segala perintahNya adalah untuk memberlakukan yang benar dan baik, bagi sesama. Satu dengan yang lainnya.

                Mari, jangan berhenti untuk diubah oleh Tuhan untuk terus berpindah dari keburukan ke kebaikan. Atau jika memang sudah baik maka jadilah lebih baik lagi. Untuk sesama dan bagi kemuliaanNya. Ayo jadi sosok yang gampang diajak dihubungi dan bekerjasama. Selalu siap bergandengan tangan dan hati, siap membantu dan menolong orang lain. Membagikan kekuatan dan mendampingi yang lebih lemah. Memberi telinga untuk mendengar dengan hati tulus. Memberi perhatian dan permakluman. Dan bahkan siap melayani dengan nyata. Dalam bentuk yang paling sederhana hingga besar. Sehingga orang-orang di dekat kita boleh tersenyum damai karena kehadiran kita. Ada jalan keluar saat bersama kita. Bahkan diri kita boleh member dan menjadi solusi tersebut. Bagaimanapun dan di manapun juga kapanpun, senang untuk membuat sesama senang. Bahagia karena membahagiakan orang lain. Ada encouragement, yang sesungguhnya berisi juga berbentuk membagikan doa, pujian, juga inspirasi dan bahkan keteladanan ketegaran iman juga sikap yang baik. Sehingga dunia sedikit maupun banyak, tidak menuju kepada keputusasaan. Atau jikalaupun sedang dan sudah, dengan kekuatan Allah saja, dalam terang KasihNya, kita dipakai jadi alat untuk membawa terang. Juga menggarami situasional dan kondisional yang hamper basi. Dan kehidupan kita bersama boleh menuju, hanya menuju kepada kebahagiaan sukacita, Damai Allah. :)




tulisan dan foto: Lusindo Tobing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar