29 Agustus 2012

refleksi minggu ketiga Agustus 2012



MEMPEROLEH HIKMAT DI DALAM KRISTUS








Amsal 9: 6
Mazmur 34: 9-14
Efesus 5: 19-21



                Memperoleh hikmat itu seperti kita mengambil pasir dengan genggaman dan kepalan tangan kita. Ketika mengambil pasir dengan berusaha sekuat mungkin menggenggamnya bahkan memaksa dengan sekuat mungkin mengepalkan pasir tersebut di tangan, maka, hasilnya pastilah sedikit. Tetapi sebaliknya, saat kita mengambil dan mengangkat pasir dengan wajar tenang dan genggam dengan terbuka tidak memaksa maka pasir yang kita dapatkan? Bisa dipastikan jauh lebih banyak dari cara yang sebelumnya tadi.
                
                Pemazmur punya ungkapan “kebodohan” untuk memaksakan diri dalam memperoleh hikmat. Hikmat hanya bisa diperoleh karena diberi, tepatnya dianugerahkan Allah. Tidak bisa dikejar, dicari-cari dengan kekuatan manusia kita. Karena yang muncul kemungkinan hanyalah “hikmat dunia”. Ungkapan, ajaran atau filosofi yang kelihatannya saja baik dan berguna, dan memang mungkin sebentar dan sedikit bisa bermanfaat. Tetapi tidak langgeng, tidak seterusnya apalagi selamanya.  Lalu segera akan memudar, berganti dan bahkan malah jadi sesuatu yang tidak terpakai. Jika terus dipaksakan dipakai, bisa menjadi sesuatu yang buruk.
                
                Kebodohan lain yang lebih mendasar adalah tentu hal-hal yang benar-benar salah, kebiasaan buruk, pemikiran dangkal dan sempit bahkan perilaku yang merugikan diri sendiri pun orang lain. Terlebih berbagai kebusukan dan kejahatan.  “.. buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.” (Amsal 9: 6). Dan mengikuti jalan pengertian, itulah jalan di dalam Kebenaran. JalanNya Tuhan.  JalanNya. Harus dengan cara yang diinginkan hatiNya, barulah kita akan menerima dan memperoleh hikmat. Kemampuan untuk menimbang perkara dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
                
                Jalan atau cara yang diingini bahkan disukai Allah adalah iman dan kasih. Ya, mari beriman sungguh kepadaNya. Percaya penuh, berserah total dan yakin hanya kepada kekuatan dan kekuasaanNya. Lalu benar-benar mengasihi Dia. Menyembah, memuliakan Tuhan tiap saat. Memuji, menyanyi untuknya dan menaikkan syukur dengan bekerja, studi belajar dan memberlakukan pelayanan kita tulus bagi sesama dan kehidupan. Untuk kebesaran namaNya. Dilakukan tiap hari, tiap waktu dengan berbagai kesempatan dan keadaan. Tekun dan setia percaya dan mengasihi Allah saja. Selalu dan selalu berdoa berkomunikasi dengan Tuhan. Di ucap kata, pemikiran, tetapi khususnya lewat sikap dan perbuatan yang mengagungkan kasihNya. Bersamaan dengan itu, hikmat akan datang. Hikmat dari Allah akan mengalir saat jalinan kita denganNya sangat baik, intim. Allah selalu rindu menganugerahkan yang baik kepada kita. Termasuk menganungerahkan hikmat dan kebijaksanaan illahi dariNya. Saat kita terus dan tetap menjlain hubungan dengan Allah, maka itu semua termasuk khususnya hikmat akan menjadi bagian kita. Menjadi berkat yang kita peroleh sebagai sebuah kemestian juga kepastian. Saat kita berjuang nyata memberlakukan nyata percaya dan mengasihi.

                Pemazmur mempunyai istilah untuk hal tersebut, yakni “Takut akan Tuhan”. Coba baca dan renungkan lagi  Mazmur 34: 9-14. Pemazmur bahkan mengajak dan rindu untuk mengajarkannya. Karena ia sendiri memilikinya karena memperolehnya. Memperoleh hikmat yang dari Allah. Hikmat yang memapukannya menjawab berbagai tantangan kehidupan bahkan menghadapi manusia jahat dan kejahatan yang mengintainya sejak muda hingga masa tuanya. Dan pemazmur berhasil untuk menghadapi dan menjalaninya. Menghdapai dan menjalani berbagai tantangan bahkan pergumulan hanya dengan Tuhan. Dengan hikmatNya sajalah, seperti pemazmur, kita akan bisa mengalahkan berbagai masalah bahkan menang dan melewati pergumulan dengan gemilang. Gemilang yang akhirnya kita kembalikan untuk kemuliaan Sang Sumber Hikmat, Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus dengan urapan Roh Kudus!

                Dan kini, saatnya untuk kita yang yakin akan dan sedang bahkan selalu diberkati dengan hikmat.  Ayo bagikan berkat kepada sesama, dengan memberlakukan hikmat itu di kehidupan sehari lepas sehari. Tiap keadaan masalah pergumulan dan perjuangan memerlukan jawabannya masing-masing. Bahkan tiap situasi, kondisi, tempat, waktu bahkan tiap manusia dengan keberadaannya satu dengan lainnya, membutuhkan sikap dan jawabannya. Untuk itu dibutuhkan hikmat.  

                Karenanya jangan terjebak hanya mau atau bangga ketika dunia menyebut kita berhikmat. Mari lakukan hikmat. Mau berhikmat dengan melakukan membagikan hikmat dari Allah adalah dua hal berbeda. Mau berbeda dengan melakukan, bukan?  Sekarang mari melakukan dan memberlakukan. Merenungkan di hati dengan hikmat dari Tuhan Yesus. Juga rasional kita, mau mengendapkan banyak hal ilmu pengetahuan informasi dan sebagainya dengan hikmatNya. Lalu mulai merespon. Seperti Tuhan Yesus Kristus merespon masalah dan pergumulan. Tidak lari dari masalah tetap menghadapi bahkan mengalahkan masalah. Bukan dengan kekerasan dan pemaksaan seperti refleksi kita di awal tulisan ini. Tetapi sungguh mau seperti Allah di dalam Yesus yang terus-menerus dengan sangat manis meneladankan untuk: mengalahkan kejahatan hanya dengan kebaikan! “.. dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” (Efesus 5: 19-21).

                Dan akhirnya itu semua sedikit-banyak atau langsung-tidak langsung akan mengajak orang-orang di dekat kita. Tindakan hikmat akan mempengaruhi lingkungan kita untuk jadi lebih tenang. Ada damai di tengah pergulatan bahkan tangisan dan ketakutan. Sehingga yang muncul bukan iri, curiga dan saling menyalahkan. Tetapi kita mau dan bisa dipakai Allah untuk seperti Dia yang rela berkorban bagi kepentingan bersama. Melayani kebersamaan di dalam Kasih yang berkembang. Sehingga kebaikan yang murni akan membias. Mengalahkan pemikiran dan tingkah laku yang egois dan merusak.  

                 Sebaliknya yang muncul adalah kebiasaan saling sapa, mau peduli dan bahkan siap saling menolong dalam semangat kebersamaan. Ada terus perubahan. Perubahan tentu menuju yang baik. Bahkan jadi lebih dan semakin lebih baik. Tidak ada keraguan tertawa, merdeka bersukacita, dalam mengekspresikan segala sesuatu yang baik dan saling menjadi sumber inspirasi yang benar  satu dengan lainnya. Baik dari anak-anak hingga remaja, dewasa bahkan usia lanjut. Dari kehidupan bersama keluarga, melebar meluas penuh hikmat kebaikan kebahagiaan dari dan dalam Kasih untuk lingkungan. Dengan tetangga, sesama bahkan dengan semua orang yang kita jumpai, terus bertekun memberlakukan hikmat. Hikmat dari teladan Kristus. Hikmat Kasih sayang yang pasti dan selalu dibutuhkan semua orang di dunia. Dunia yang lebih berhikmat. Dunia yang lebih sorgawi. Dunia untuk hidup kita bersama, dengan bahagia.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar