15 Juni 2017



 
 
Hari Kamis nanti (22 Juni 2017) usianya akan 80 tahun.
Ditemani Isterinya, siang tadi di ruang konsistori gereja, sang bapak cerita bahwa ia tumbuh di keadaan menderita. "Suatu kali saya masih melihat ada orang mati kelaparan atau sakit tergeletak begitu saja di pinggir jalan pada zaman itu," buka cerita beliau.


Saat masih kecil juga, ayahandanya meninggal, dan ia terkecil dari 6 bersaudara yg semuanya laki-laki! Jadi bisa dibayangkan, kesulitan dan penderitaan mereka, khu...susnya sang ibu yang "single parent." Namun dengan hikmat-kekuatan-anugerah Tuhan saja, bisa membesarkan mereka hingga dewasa. "Karena itulah, saya selalu kagum dan hormat kpd perempuan atau ibu yg membesarkan-mendidik anak/anak-anaknya, sendirian," tambahnya.

Meloncat ke saat kini. Dari enam bersaudara, tinggal beliau yang masih hidup. Menjelang usianya yang ke-80, Allah sudah memberkati beliau banyak sekali, khususnya keluarga: isteri, anak-mantu, cucu2 dan keluarga besarnya.
Pergumulan dan penderitaan masih ada, khususnya keterbatasan mata. "Tetapi kami berdua tetap bersyukur Pak pdt.. kami, saya dan Istri saling mendukung sebagai 'team work' yang baik. Mata saya sulit sekali melihat, saya suka menyanyi [keterangan: beliau juara Bintang Radio & Televisi di jamannya, terakhir aktif melatih beberapa paduan suara] namun kini jadi sulit untuk baca teks juga not utk menyanyi, tetapi pendengaran masih baik. Sebaliknya, istri pendengarannya sudah terbatas, tetapi matanya masih baik untuk melihat dan membaca. Jadi.. istri saya jadi mata kami dan saya menjadi telinga kami berdua." (Lalu kami bertiga tertawa bersama...)

Sang bapak menutup ceritanya, dgn ungkapan yg dalam dan indah: "Menderita tetapi bahagia!"
Amin



lt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar