11 Maret 2014

Refleksi minggu pertama Maret 2014




1 Timotius 2: 1-7


FIRMAN-MU MENDORONG KAMI 
UNTUK BERSAKSI





Kekristenan berkembang bukan hanya karena peran para penginjil ternama. Namun juga melalui kesaksian hidup para "penginjil" anonim. Orang-orang yang dalam peran dan profesinya masing-masing telah memberi kesaksian indah bagi masyarakat sekitar. Seorang dokter kristiani yang berbeda dari dokter lain. Seorang pejabat kristiani yang berbeda dari pejabat lain. Seorang mahasiswa kristiani yang berbeda dari mahasiswa lain, dan sebagainya. Iman kristiani mereka betul-betul nyata dalam kehidupan sehari-hari, melalui sikap dan tutur kata yang ditunjukkan.

Jemaat mula-mula adalah jemaat yang bertumbuh sangat pesat. Ciri-ciri hidup mereka selain tekun dalam pengajaran para rasul, satu sama lain memiliki hidup kebersamaan yang kuat dan akrab. Juga memberi pengaruh positif bagi orang-orang luar. Menjadi saksi yang setia, sehingga kehadiran pengikut dan jemaat Kristus sungguh menjadi berkat bagi orang-orang sekitar.

Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri, yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus, sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius. Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri.

Tugas itu adalah memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. “Iman dan Kebenaran”, kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih. Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang. Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1: 9-11 & 3:9).

Sehingga makin jelas kita mengerti dan pahami, pesan juga perintah Firman Tuhan yang mendorong kita menyatakan kesaksian di ayat 7: “Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.” Mari lebih bersaksi dengan talenta, kemampuan, kekuatan serta kesempatan yang Tuhan sudah beri. Melalui apapun profesi kita, jabatan, pangkat maupun bidang pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan di kehidupan sehari-hari.


Untuk akhirnya, dari hati yang murni disalurkan bagi sesama, untuk keluarga, negara dan masyarakat. Bersaksi sehari-hari. Khususnya semakin bersedia bersaksi dengan menjadi saluran berkat Tuhan bagi mereka yang berkekurangan. Kita menolong yang memerlukan pertolongan dan membantu yang membutuhkan bantuan. Di manapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun. Amin.


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar