01 September 2015

Refleksi Minggu Kelima Agustus 2015


Ulangan 4: 6-9 



BIJAK & BERAKAL BUDI 





Apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang besar? Jawabannya sudah pasti: Ya. Tetapi, apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang bijaksana dan berakal budi? Jawabannya?? Mungkin untuk menjawab pertanyaan terakhir kita bersyukur kali ini disapa, diingatkan sekaligus ditegur lagi firmanNya. Konteks Ulangan 4 ayatnya yang keenam, “... Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.”   

Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup. Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka dengan bijak dan berakal budi menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka (dan kini juga untuk kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia) -- ini merupakan suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7).   

Mari hidup selalu bijak dan berakal budi, dengan setia melakukan semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat. 

Itulah sebabnya juga, mari dengan bijak dan berakal budi kita saling mengasihi dan melayani satu dengan lainnya. Sebagai keluarga, jemaat, maupun sebagai warga negara NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bahkan sebagai warga Kerajaan Allah di dunia. Ayat 9 mengingatkan, “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.” Amin.  


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar